Logo

Logo

Senin, 23 November 2009

Mutiara Hikmah

Allah SWT, berfirman: "Aku membagi sholat menjadi dua bagian, yaitu hubungan antara Aku dan hamba-Ku, dan permohonan hamba-Ku. Maka ketika seorang hamba membaca: "AlhamdulillaHhi rabbil 'aalamiin", maka Allah SWT, berfirman: "Hamba-Ku telah memuji kebesaran-Ku". Dan ketika ia membaca: "Ar rahmaanir rahiim", maka Allah SWT, berfirman: " Hamba-Ku telah memuji kebaikan-Ku. Dan ketika ia membaca: "Maaliki yaumiddiin", maka Allah SWT, berfirman: " Hamba-Ku telah meng-Agungkan-Ku. Dan ketika ia membaca: "Iyyaaka na'budu wa iyyaaka nasta'iin", maka Allah SWT, berfirman: "Inilah hubungan antara Aku dan hamba-Ku, dan baginya apa yang ia minta". Dan ketika ia membaca: "IHhdinash shiraathol mustaqiim, shiraatholladziina an'amta 'alaiHhim ghoiril maghdhuubi 'alaiHhim wa laddhoolliin", maka Allah SWT, berfirman: " Inilah untuk hamba-Ku dan baginya apa yang ia minta. (HR Muslim dari Sayyidina Abu Hurairah r.a. ).

Dalam sebagian  riwayat dijelaskan: “Sesungguhnya orang mu'min ketika ber-wudlu' untuk mengerjakan sholat, maka setan di seluruh belahan bumi akan menjauh karena takut kepadanya, sebab ia bersiap-siap bersimpuh di hadapan Allah Dzat Yang Maha Merajai. Ketika ia bertakbir, maka setan terdinding darinya. Dalam sebagian riwayat diceritakan: “Pada saat itu, antara dia dan setan terdapat penghalang, sehingga setan tidak dapat melihatnya. Dan tampaklah di depannya keperkasaan Allah Dzat Yang Maha Perkasa. Ketika ia mengucapkan : "AllaHhu Akbar", maka Allah SWT, akan melihat di dalam hatinya. Jika di dalam hatinya tidak ada yang lebih besar kecuali Kebesaran dan Keagungan Allah SWT, , maka Allah SWT, berfirman: "Kamu benar, Allah memang berada di dalam hatimu sebagaimana yang kamu ucapkan". Dan dari hatinya terpancarlah nur-cahaya yang tembus ke alam kerajaan ‘Arasy. Dan dengan nur-cahaya itu menjadi terbukalah tanda-tanda kebesaran dan kekuasaan Allah yang terdapat di langit dan di bumi. Dan ditengah nur-cahaya itu tercatatlah kebaikan-kebaikan dirinya.

Sedangkan orang bodoh yang lalai ketika hendak melakukan sholat, maka ia akan dikerumuni setan, sebagaimana tetesan madu dikerumuni lalat-lalat. Ketika ia bertakbir, maka Allah SWT, melihat di dalam hatinya. Jika di dalam hatinya terdapat sesuatu yang lebih besar dari pada Kebesaran dan Keagungan Allah SWT, maka Allah SWT, berfirman kepadanya: "Kamu berdusta, di hatimu yang terbesar bukanlah Aku Yang  Maha Besar Lagi Maha Agung, sebagaimana yang kamu ucapkan". Dan dari hatinya muncul luapan asap yang sampai ke langit awan, sehingga hatinya tertutup, ia tidak dapat melihat Alam Malakut. Maka dengan keterdindingan itu hatinya bertambah keras dan setan selalu membisiki, meniup, mengganggu dan menghiasi dengan segala tipu daya ke dalam hatinya, sehingga selepas sholat ia tidak memahami hakikat kandungan makna dalam sholat.

Hati yang jernih  yang disertai  dengan kesempurnaan  adab lahir dan bathin akan menembus sampai ke langit. Ketika takbir menghantarkannya hingga sampai ke langit sebagai pembuka sholat, dan Allah SWT, selalu menjaganya dari gangguan setan. Dan tidak ada jalan bagi setan untuk mengganggu hati yang telah menembus langit. Ketika itu yang ada hanyalah bisikan-bisikan jiwa yang tidak akan putus, sebab adanya penjagaan pada langit. Sedangkan pengaruh dan pengaturan setan itu akan terputus.

Hati yang dikehendaki untuk dekat bersimpuh di sisi Allah SWT, akan semakin tambah meningkat kedekatannya dengan pendekatan dan pendakian ke lapisan-lapisan langit, bahkan dalam setiap lapisan langit akan ditinggalkan suatu ketaatan yang berbau sedikit kepentingan nafsu. Dengan ukuran semacam ini bisikan hati akan semakin berkurang, sehingga dapat melewati lapisan-lapisan langit dan dapat bersimpuh di depan Arasy. Pada waktu itulah bisikan hati menjadi sirna secara keseluruhan disebabkan oleh pancaran nur-cahaya dari Arasy. Dan gelapnya hawa nafsu larut dan lebur kedalam nur-cahaya hati, sebagaimana larut dan leburnya gelapnya malam di waktu siang hari. Dengan demikian ia telah menunaikan kewajiban-kewajiban beradab secara benar.

Ketahuilah ! . . . bahwasannya Allah SWT, telah berfirman:

"Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu' ". [Al Baqoroh: 45 ].

Diriwayatkan dari Sayyiduna Ibnu Abas r.a , ia berkata: Rasulullah SAW,  bersabda: "Ketika Allah SWT, menciptakan surga 'Adn, maka di dalam surga tersebut Allah SWT, menciptakan sesuatu yang tidak pernah terlihat oleh mata, tidak pernah terdengar oleh telinga dan tidak pernah terbesit dalam hati manusia. Kemudian Allah SWT, berfirman kepadanya: "Bicaralah ! . . ." Maka surga 'Adn itu berbicara: "Sungguh beruntunglah orang-orang yang beriman, yaitu orang-orang yang khusyu' dalam sholatnya".

Dalam riwayat lain: "Allah SWT, menciptakan surga 'Adn dengan kekuasaan-Nya, dan mendekatkan buah-buahan di dalamnya serta mengalirkan sungai-sungainya. Kemudian Allah SWT, melihatnya seraya berfirman kepadanya: Bicaralah ! . . .". Maka surga 'Adn itu berbicara: "Sungguh beruntunglah orang-orang yang beriman". Kemudian Allah SWT, berfirman: " Demi kemuliyaan-Ku, orang-orang yang kikir tidak akan berdampingan denganmu ". (HR. Imam Thabrani dalam kitab Mu'jam Ausath dan Mu'jam Kabir, dan salah satu dari kedua sanadnya berupa sanad jayyid).

Dan diriwayatkan dari Sayyidina Umar r.a. , ia berkata: "Seorang laki-laki datang, lalu berkata kepada Rasulullah SAW, : "Apa yang paling dicintai oleh Allah I dalam agama Islam ini ? . . .". Beliau menjawab: "Melakukan sholat tepat pada waktunya. Barangsiapa meninggalkan sholat, maka agama tidak sempurna baginya, karena sholat adalah tiang agama". (HR. Imam Baihaqi dalam kitab Syu'bul Iman dinuqil dari Syarah Muwattho').

Dan diriwayatkan dari Sayyidina Ali bin Abi Tholib r.a. berupa Hadits Marfu' : "Sholat adalah tiang agama, dan jihad adalah  pokok amal perbuatan, sedangkan zakat itu di antara keduanya". (HR. Imam Thabrani dan Imam Ad Dailami).        

Dan diriwayatkan dari Sayyidina Bilal bin Yahya r.a , ia berkata: Seorang laki-laki datang kepada Rasulullah SAW, untuk bertanya tentang sholat. Kemudian Beliau r bersabda: "Sholat adalah tiang agama". (HR. Abu Nu'aim Al Asbihany, hadits ini adalah Hadits Mursal dan perawinya dapat dipercaya).

Dan diriwayatkan dari Sayyidina Mu'adz bin Jabal r.a , ia berkata: Rasulullah SAW, bersabda: "Pokok semua urusan adalah Islam. Barang siapa beragama Islam, maka ia akan selamat. Tiang agama Islam adalah sholat dan titik puncaknya adalah jihad. Dan tiada yang dapat meraih jihad kecuali orang pilihan yang utama". (HR. Imam Thabrani).

Sholat merupakan pembuktian sifat kehambaan dan untuk menunaikan hak ketuhanan. Semua ibadah merupakan perantara untuk mewujudkan sirri-rahasia sholat secara nyata. Di samping itu sholat merupakan ikatan dan jalinan seorang hamba dengan Tuhan-nya, dan tentunya sudah merupakan kewajiban bagi seorang hamba, untuk tunduk, patuh, khusyu', menghinakan dan merendahkan dirinya di hadapan  kebesaran, keagungan dan kekuasaan Tuhan-nya.

Sebagian ulama berkata: "Jika Allah SWT, menampakkan kekuasaan dan keagungan-Nya kepada sesuatu, maka sesuatu itu akan tunduk kepada-Nya. Dan barangsiapa yang dapat mewujudkan hubungannya dengan Allah SWT, secara nyata dalam sholat, maka akan nampak keagungan dan kebesaran Allah SWT, sehingga ia menjadi khusyu' ".

Sungguh beruntung orang-orang yang khusyu' dalam sholatnya. Dan ketidak khusyu'an seseorang akan melenyapkan keberuntungan tersebut, sebagaimana penjelasan dalam ayat di atas. Allah SWT, berfirman :

"Dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku". [Q.S. Thaahaa: 14].

Jika sholat adalah untuk mengingat Allah SWT, maka bagaimana mungkin ia bisa lupa dalam sholatnya ? ! . . . Allah SWT, berfirman:

"Janganlah kamu shalat sedang kamu dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan" [QS. An Nisaa': 43].

Barangsiapa berkata, akan tetapi ia tidak mengetahui apa yang ia ucapkan, maka bagaimana ia dianggap sebagai orang yang sholat ? . . . padahal Allah SWT, telah melarang yang demikian itu ! . . .

Orang yang mabuk akan mengatakan sesuatu dengan tanpa menggunakan akalnya (di luar kesadarannya). Begitu juga orang yang lalai, ia akan sholat tanpa menggunakan akal fikirannya, sehingga ia sama dengan orang yang mabuk.

Di antara Tokoh Tashawuf ada orang yang ketika menghadap kepada Allah SWT, dalam sholat dapat mewujudkan secara nyata hakikat makna kembali bertaubat kepada Allah SWT, karena Allah SWT, sangat mengutamakan kembali bertaubat kepada-Nya.

Allah SWT, berfirman: 

"Dengan kembali bertaubat kepada-Nya dan bertakwalah kepada-Nya serta dirikanlah shalat " [QS. Ar Ruum: 31].

Maka ia kembali bertaubat kepada Allah SWT, dan bertakwa kepada-Nya dengan melepaskan segala sesuatu selain-Nya. Ia mendirikan sholat dengan hati yang lapang disertai ketundukan hati, dan hati yang terbuka disebabkan nur-cahaya keimanan. Maka keluarlah kalimat Al Qur'an dari lisannya, terus merasuk ke dalam hati -dengan gambaran ia dapat ber-musyahadah dan hatinya dapat mendengar sehingga ia seperti langsung mendengar dari Allah SWT, atau seakan-akan ia membaca di hadapan Allah SWT, -. Ketika itulah, kalimat Al Qur'an singgah dalam keluasan dan kelapangan hati tanpa suatu apapun selain kalimat itu. Maka hatipun akan dapat menerima kalimat Al Qur'an dengan  kepahaman yang baik dan kelezatan nikmat memperhatikan. Ia akan menghayati dan meresapinya dengan manisnya mendengar dan kesempurnaan memaham, serta akan menemukan kelembutan dan kemulian hakikat makna dan kandungannya, yakni hakikat makna-makna yang sangat lembut dan halus yang tidak bisa diperinci dan digambarkan oleh akal yang cerdas dan jenius. Sehingga hakikat makna-makna yang tersurat dalam Al Qur'an akan menjadi makanan yang dapat menguatkan jiwa.

Oleh karena itu, di dalam jiwa yang tenang dan tentram akan selalu tampak bisikan-bisikan hakikat makna-makna Al Qur'an, karena bisikan-bisikan hakikat makna-makna Al Qur'an itu adalah makna-makna yang tersurat yang dapat menuju kepada Alam Hikmah dan Alam Syahadah (sesuatu yang terlihat nyata) yang memiliki hubungan yang dekat dengan jiwa yang terbentuk untuk menancapkan keindahan hikmah.

Sedangkan hakikat makna-makna Al Qur'an yang tersirat, yakni makna-makna yang dapat membuka Alam Malaikat, akan menjadi penguat hati dan kejernihan ruh yang suci, dan akan sampai kepada pilar-pilar Alam Jabarut seraya menyaksikan kebesaran, keagungan, kemuliaan dan keindahan Allah I yang berfirman. Dan dengan bentuk penyaksian ini, ia tenggelam dalam kesempurnaan samudra kerinduan.

Hal inilah . . . sebagaimana yang telah diriwayatkan oleh Sayyid Syaikh Muslim bin Yasar r.a , bahwa ia melakukan sholat di masjid kota Bashrah, lalu ada tiang jatuh hingga bunyinya terdengar oleh orang-orang yang berada di pasar, sementara ia masih berdiri dalam sholat tanpa mengetahui apa yang telah terjadi.

Jika seorang hamba mempunyai adab dan etika sholat, maka sebelum masuk waktu sholat ia seakan-akan sudah dalam keadaan sholat, sehingga keadaan berdiri menjelang sholat adalah merupakan suatu keadaan diri yang telah menyatu dengan sholatnya. Sebab di antara adab-adab yang dilakukan kaum Shufiyah y sebelum mereka melakukan sholat adalah muroqobah (menundukkan hati dengan perasan selalu merasa diawasi dan dipantau oleh Allah SWT,), selalu menjaga hati dari bisikan-bisikan dan hal-hal baru yang mengganggu, meniadakan segala sesuatu selain Allah SWT, , atau selain mengingat-Nya. Maka ketika mereka berdiri untuk melakukan sholat dengan hati yang hadir di sisi Allah SWT, seakan-akan ia berdiri dari satu sholat menuju sholat yang lain, mereka selalu bersama niat dan ikatan hati dengan Allah SWT, yang dengan keduanya mereka masuk dalam sholat. Dan ketika mereka keluar dari sholat mereka kembali pada keadaan mereka dengan hati yang selalu hadir di sisi Allah I dan selalu menjaga dan mengawasinya, sehingga seakan-akan selalu dalam keadaan sholat, sekalipun mereka tidak sedang sholat. Inilah adab sholat mereka.

Diriwayatkan dari Sayyidina Abi Hurairah r.a, ia berkata: Rasulullah SAW, bersabda: "Seorang hamba akan selalu dalam (pahala) sholat, selama sholat itu menahan dirinya (yakni ia dalam keadaan menunggu sholat)". (HR. Imam Bukhori dan Imam Muslim).

Dan diriwayatkan dari Sayyidina Anas r.a, ia berkata: Rasulullah SAW, bersabda: “Manusia melakukan sholat lalu mereka tidur, sedangkan kalian semua selalu dalam (pahala) sholat sejak kalian menunggunya”. (HR. Imam Bukhori).

Sayyiduna Sayyidut Thoifah Syaikh Abi Al Qosim Junaid Al Baghdady r.a. berkata: "Segala sesuatu itu mempunyai inti sari, sedangkan inti sari sholat adalah takbir yang pertama".

Maksudnya: bahwa takbir yang pertama adalah takbir yang disertai dengan niat, yang sholat tidak sah tanpanya. Dan takbir yang demikian itu merupakan ikatan janji di hatimu, bahwa sholatmu hanyalah karena Allah SWT, . Setelah itu, jika ikatan hati dalam sholatmu selamat dari penyakit-penyakit batin, maka sholatmu tidak dianggap rusak (sempurna), bahkan keutamaannya tidak terkurangi, sehingga ikatan dan niat dalam sholat tetap bersemi dalam hati.

Sayyiduna Syaikh Abu Nashr As Siraj Ath Thusy t berkata: "Saya mendengar Syaikh Ibnu Salim t berkata: "Niat itu disertai dengan permohonan pertolongan Allah, menuju kepada Allah dan datang dari Allah. Sedangkan penyakit-penyakit hati yang terjadi pada seorang hamba dalam sholat setelah ia melakukan niat itu datang dari musuh (setan), dan itu merupakan bagiannya. Meskipun bagian musuh itu banyak tidak akan dapat membandingi niat yang disertai dengan permohonan pertolongan Allah, menuju kepada Allah dan datang dari Allah, sekalipun sedikit".

Sebagian orang yang ma'rifat kepada Allah SWT, ditanya: "Bagaimanakah cara melakukan takbir yang pertama? . . . Ia menjawab: "Ketika kamu mengucapkan AllaHhu Akbar, hendaknya yang menyertai ucapanmu adalah rasa mengagungkan, rasa takut dan muroqobah (selalu merasa diawasi dan dipantau oleh Allah) serta mendekatkan diri kepada-Nya".

Dan ia juga berkata: "Ketika kamu malakukan takbir yang pertama, maka ketahuilah, . . . sesungguhnya Allah SWT, melihatmu dan mengetahui apa yang ada di dalam hatimu. Dan bayangkanlah dalam sholatmu seakan-akan surga di sisi kananmu dan neraka di sisi kirimu".

Alasan kami memerintahkanmu untuk membayangkan surga dan neraka sebab ketika hati disibukkan dengan mengingat akhirat, maka akan terhindar dari bisikan dan gangguan setan, sehingga hal ini akan menjadi obat hati untuk menolak bisikan dan gangguan tersebut.

Sayyiduna Syaikh Sahal bin Abdillah At Tastary t berkata: "Barang siapa hatinya kosong dari mengingat akhirat, maka hatinya akan selalu diganggu setan. Adapun orang yang dalam batinnya telah tertanam kejernihan yakin dan nur cahaya ma'rifat, maka dalam musyahadah ia tidak butuh lagi untuk membayangkan akhirat".

Sayyiduna Syaikh Abu Sa'id Al Khorroz r.a. berkata: "Ketika kamu mengangkat kedua tanganmu untuk bertakbir, maka jangan sampai di dalam hatimu terdapat sesuatu selain keagungan dan kebesaran Allah, dan pada waktu kamu bertakbir jangan sampai di dalam hatimu terdapat sesuatu yang lebih besar dan agung dari Allah SWT, sehingga yang demikian itu membuatmu lalai akan kebesaran dan keagungan Allah SWT, di dunia dan akhirat".

Maksudnya sebagaimana yang dikatakan Sayyiduna Syaikh Abu Nashr As Siraj Ath Thusy r.a. : "Sesungguhnya ketika seorang hamba mengucapkan AllaHhu Akbar dan di dalam hatinya masih terdapat sesuatu selain Allah I, maka ia tidak mempunyai kesungguhan dalam mengucapkan AllaHhu Akbar. Kemudian ketika ia mulai membaca bacaan sholat, maka adab yang harus dilakukannya adalah menyaksikan dan menghadirkan makna yang terkandung dalam bacaan tersebut ke dalam hati, sehingga ia seperti mendengar langsung dari Allah SWT, atau membacanya di hadapan-Nya".

Orang yang sholat adalah orang yang sedang berjalan menuju kepada Allah SWT, seraya melepaskan hawa nafsu (kepentingan), dunia, dan segala sesuatu selain Allah SWT, .

Sholat secara etimologi adalah berdo'a, sehingga orang yang sedang sholat adalah orang yang berdo'a kepada Allah dengan seluruh jiwa-raganya, sehingga keberadaan seluruh raganya menjadi tuntunan dan bimbingan dalam berdoa secara dhohir dan batin. Dhohir dan batinnya terhimpun dalam ketundukan dan kepatuhan, hati dan semua keadaannya dalam irama orang yang tunduk, memohon dan butuh. Ketika ia berdoa dengan keseluruhan dhohir dan batinnya, maka Allah akan mengabulkannya sebab Allah telah berjanji sebagaimana dalam firman-Nya :

"Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Ku-perkenankan bagimu. [QS. Al Mu’min: 60].

Sayyiduna Syaikh Kholid Ar Rab’i t berkata: "Saya sangat kagum sekali dengan ayat :

Allah SWT, memerintahkan hamba-Nya untuk berdo'a dan Dia berjanji akan mengabulkannya, dan tidak ada persyaratan tertentu di antara keduanya. Permohonan terkabulkannya do'a dan mengabulkan do'a adalah terlaksananya do'a seorang hamba. Karena seorang hamba akan meraih apa yang dinginkannya jika ia bersungguh-sungguh dalam berdoa, mengetahui kepada siapa ia berdoa dengan disertai nur-cahaya keyakinannya, sehingga tersingkaplah tirai penghalang, dan do'anya sampai bersimpuh di sisi Allah SWT, seraya memohon terkabulkannya hajat kebutuhan".

Diriwayatkan dari Sayyidina Ibnu ‘Amr bin ‘Ash t, ia berkata: Sesungguhnya Rasulullah SAW,  bersabda: “Hati itu laksana bejana. Di antara bejana tersebut ada bejana yang lebih mengerti dan faham. Ketika kamu meminta kepada Allah, maka mintalah kepada-Nya dan yakinilah bahwa Dia akan mengabulkannya, karena Allah tidak akan mengabulkan do'a seorang hamba yang tidak meyakini akan terkabulkannya do'a”. (Al Hafidz Al Mundziri berkata: “Hadits ini diriwayatkan Imam Ahmad dengan sanad hasan, dan juga Imam Hakim dari Sayyidina Abi Hurairah t”).

Allah SWT, telah memberi keistimewaan kepada umat Rasulullah SAW, dengan diturunkannya surat Al Fatihah. Di dalamnya Allah mendahulukan pujian dari pada do'a, agar do'a lebih cepat terkabulkan. Hal itu merupakan bimbingan dan tuntunan dari Allah SWT, dalam ritual tata cara berdo'a.

Surat Al Fatihah adalah pembuka kitab suci Al Qur’an, mempunyai nama Sab’ulmatsaani dan Al Qur’anul ‘Adhim. Dikatakan oleh sebagian ulama: Surat Al Fatihah dinamai Sab’ulmatsaani karena diturunkan dua kali, yaitu turun di Makkah dan di Madinah. Setiap kali turun Rasulullah SAW,  mempunyai kepahaman kandungan hakikat makna yang lain dari sebelumnya, bahkan Beliau membacanya secara berulang-ulang dengan waktu yang lama, sehingga setiap kali beliau membacanya selalu datang dan mengalir kepahaman kandungan hakikat makna yang lain. Demikian juga umat beliau yang dapat mewujudkan hakikat sholatnya (sempurna dalam menunaikan), akan terbuka baginya keajaiban-keajaiban sirri-rahasia sholat, dan akan terus mengalir samudra mutiara hikmah dari setiap sholatnya.

Dikatakan oleh sebagian ulama: Surat Al Fatihah dinamai Matsaani, sebab khusus diberikan kepada Baginda Habibillah Rasulillah Muhammad SAW,  dan berjumlah tujuh ayat.

Allah SWT, telah menghimpun berbagai macam gerakan yang dilakukan oleh penghuni langit dalam satu raka'at yang dilakukan oleh orang-orang yang sholat. Allah SWT, mempunyai malaikat yang beribadah sambil berdiri sejak  mereka diciptakan dan tidak akan ruku' sampai hari kiamat. Demikian juga malaikat yang terus menerus ruku', sujud atau duduk. Dan seorang hamba yang melakukan sholat dengan hati yang sadar dan ingat Allah, maka dalam posisi berdirinya, ia melakukan sesuatu yang dilakukan para malaikat yang selalu berdiri dalam beribadahnya. Begitu juga dalam ruku', sujud, duduk dan segala ucapan dan perbuatan dalam sholat.

Dikatakan oleh sebagian ulama: “Sesungguhnya di dalam sholat terdapat empat macam prilaku dan enam dzikir. Empat macam prilaku itu adalah berdiri, ruku, sujud dan duduk. Sedangkan enam dzikir itu adalah membaca Al Qur’an, tasbih, memuji, istighfar, doa dan ber-sholawat kepada Baginda Habibillah Rasulillah Muhammad SAW. Dengan demikian jumlahnya genap sepuluh. Dari sepuluh itu terpecah dalam sepuluh barisan malaikat, masing-masing barisan itu terdapat sepuluh ribu malaikat. Maka dalam dua rakaat sholat terhimpun bilangan yang terpecah atas seratus ribu malaikat (yakni dalam dua raka'at sholat terhimpun dua ratus ribu malaikat)".

Berdasarkan landasan itu semua, maka dalam sholat terdapat gabungan empat cabang, yaitu hadirnya raga di mihrab (tempat pengimaman/tempat yang digunakan untuk sholat), hadirnya akal-fikiran di sisi Allah Dzat yang Maha Merajai lagi Maha Pemberi, khusyu’nya hati tanpa adanya keraguan dan tunduknya hati dalam bersandar kepada Allah tanpa adanya beban. Karena pada waktu hadirnya raga, maka tirai penghalang akan terangkat. Pada waktu hadirnya akal-fikiran cacian akan hilang. Pada waktu hati khusyu’ akan terbuka pintu rahmat-kasih-sayang dan pada waktu tunduknya hati akan teraih pahala dan balasan.

Maka barangsiapa yang melakukan sholat tanpa hadirnya raga, maka ia bermain-main dalam sholatnya. Jika melakukannya tanpa hadirnya akal-fikiran, maka ia lalai dalam sholatnya, jika melakukannya tanpa hati yang khusu’, maka ia tersesat dalam sholatnya, dan jika melakukannya tanpa ketundukan hati, maka ia berpaling dari sholatnya. Dan barangsiapa dapat memenuhi semuanya, maka ia telah memenuhi kesempurnaan dalam sholatnya.

Kamis, 12 November 2009

MATERI PENDIDIKAN

A. MATERI PENDIDIKAN
Sesuai dengan metode pendidikan yang kami gunakan, materi pendidikan dibagi menjadi dua macam :
a. Materi Pokok
Dalam materi pokok pembelajaran kami menggunakan metode Iqro' dan al quran, dengan system santri membaca kitab iqro' dan al quran, serta materi hafalan doa-doa.
Adapun materi pokok meliputi :
1. Cara mudah belajar membaca al quran dengan menggunakan metodologi iqro' dan al quran 30      juz.
2. Ilmu tajwid sesuai iqro'
3. Belajar menulis huruf al quran
4. Praktek ibadah amaliyah

b. Materi Penunjang / Ekstra
Ialah materi tambahan sebagai pelengkap materi pokok, yang harus diikuti oleh setiap santri.
Adapun Materi penunjang / ekstra :
1. Penanaman tauhid
2. Akhlaq
3. Fiqih
4. Sholawat nabi
5. Istighotsah
6. Materi pelajaran umum
7. Serta materi penunjang lainnya.
Sebagai catatan bagi santri yang sudah menghatamkan iqro', jika ingin melanjutkan ke al quran, maka harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
a. Hafal minimal sepuluh surat-surat pendek 
b. Hafal doa sehari-hari yang sudah diajarkan
c. Lancar membaca iqro' jilid 6 beserta materi tajwid yang terdapat dalam jilid 6 tersebut.

VISI DAN MISI

1. Visi:
Terwujudnya TPQ BIRRUL WAALIDAIN yang mampu mencetak anak-anak usia dini penerus bangsa berbasis agama yang pandai membaca al Quran, berakhlaqul karimah dan budi pekerti luhur, berilmu dan berwawasan luas yang penuh kehati-hatian, dan trampil serta kompetitif sebagai bekal hidup dan kehidupan dalam melanjutkan perjuangan Salafush Sholih untuk melestarikan dan mengembangkan suri tauladan, bimbingan dan tuntunan dalam perjuangan dan hidup serta kehidupan Baginda Habibillah Rasulillah Muhammad SAW, yang penuh akhlaqul karimah.
2. Misi:
Taman Pendidikan Al Quran (TPQ) Birrul Waalidain mempunyai misi menanamkan Akhlaqul Karimah dan budi pekerti yang luhur sejak dini serta menanamkan jiwa senang dan gemar membaca Al Quran setiap saat kapan dan di mana saja, sebagai bekal hidup dan kehidupan anak didik dalam melanjutkan perjuangan Salafus sholeh untuk menjaga dan melestarikan ajaran Islam serta mensyiarkan tuntunan suri tauladan dalam perjuangan hidup dan kehidupan Baginda Rasulillah SAW yang penuh dengan Akhlaqul Karimah.


Sekilas TPQ Birrul Waalidain

A. LATAR BELAKANG
Taman Pendidikan Al Qur`an (TPQ) Birrul Waalidain adalah salah satu lembaga pendidikan islam yang lahir, tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat yang pada tujuannya adalah untuk menanamkan, menjaga dan melestarikan ajaran agama dan budaya islam serta mengembangkan Akhlakul Karimah dengan nilai-nilai amaliyah salafus sholeh.
Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) dalam era globalisasi dan informasi yang semakin Maju dan banyaknya dampak pengaruh dalam kehidupan ini, serta guna untuk memberikan landasan yang kuat dengan dasar-dasar ilmu pendidikan agama dan ketaqwaan (Iptaq) terutama menanamkan ajaran Al Qur`an dan budi pekerti yang luhur, maka pendidikan agama dalam tatanan hidup yang berakhlakul Karimah merupakan bagian penting yang tidak bisa terlepaskan, juga sangat diperlukan untuk membentengi dan melin¬dungi diri, keluarga dan masyarakat khususnya anak-anak.
Anak didik merupakan cikal bakal, sebagai generasi penerus yang akan melanjutkan perjuangan seterusnya akan menjadi momen penting dalam menjalankan roda kehidupan ini secara turun temurun. Guna untuk membangun, membina, dan menjaga, anak-anak didik dari berbagai macam pengaruh dan pergaulan bebas, maka TPQ Birrul Waalidain hadir sebagai salah satu wadah dan sarana pendidikan dasar di bidang ilmu agama khususnya Al Quran.
Dan untuk menjembatani adanya dua bidang ilmu pendidikan yang berkembang di masyarakat, yaitu pendidikan agama dan pendidikan ilmu pengetahuan umum, TPQ Birrul Waalidain-pun merupakan salah satu terobosan dan alternatif yang bisa dijadikan sebagai pilihan untuk menuju suatu keseimbangan diantara keduanya. Ketika bisa dan sampai pada suatu keseimbangan yang sarat akan ilmu, baik ilmu pengetahuan umum atau ilmu pengetahuan agama, maka mudah-mudahan dan insya Allah anak didik TPQ Birrul Waalidain adalah bagian dari anak–anak didik yang kuat ilmu agamanya dan luas pengetahuannya sebagai bekal kelak di masa yang akan datang bisa menciptakan dan mewujudkan generasi yang berilmu amaliah dan beramal ilmiah dengan mengedepankan uswatun hasanah yang berakhlaqul karimah sesuai dengan ajaran dan tuntunan amaliyah Salafus Sholeh.